Ketidakjelasan dalam mujmal dikarenakan dalalah atas beberapa makna yang terkandung setara, tanpa ada yang diunggulkan satu dengan yang lain. Contoh mujmal dalam ucapan seperti di atas, sedangkan contoh mujmal dalam perbuatan seperti hadits yang menjelaskan bahwa Nabi saw meninggalkan tasyahud dan berdiri melakukan rakaat ketiga. Ada kemungkinan Nabi meninggalkan dengan sengaja, sehingga
Soal dan Jawaban Fiih Materi Kaidah Ushuliyah Kelas XII Aliya A. Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberikan tanda silang pada huruf A, B, C, D, atau E. 1. Amr yang terdapat pada firman Allah ta’ala, ”مثله من بسورة فأتوا “ menunjukkan arti... a. Ibahah b. Ikram c. Tahdid d. Ta’jiz e. Irsyad 2. Menurut pendapat mayoritas ulama, amr yang tidak disertai dengan qarinah indikasi yang dapat memalingkan makna aslinya ke makna yang lain menunjukkan arti... a. Sunnah b. Mubah c. Mustahab d. Wajib e. Jawaban A dan C benar 3. Amr yang sebelumnya didahului dengan larangan, sebagaimana sabda Rasulullah Saw.” كنت نهيتكم عن ادخار حلوم األضايح من أجل ادلافة اليت دفت, فلكوا وادخروا. menurut pandapat mayoritas ulama menunjukkan hukum... a. Sunnah b. Mubah c. Mandub d. Makruh e. Wajib 4. الفور يقتيض ال األمر يف األصل .Maksud dari qaidah ushuliyyah ini adalah... a. Perintah mutlak yang tidak disertai dengan qarinah indikasi menunjukkan bolehnya sesuatu yang diperintahkan untuk dikerjakan b. Prosedur perintah senantiasa datang dari yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah c. Hukum asal perintah adalah wajib d. Perintah mutlak harus dilaksanakan sesegera mungkin e. Perintah yang tidak disertai dengan qarinah indikasi, tidak mengharuskan pelaksanaan ma’mur bih satu hal yang diperintahkan secepat mungkin 6. Nahi larangan yang terdapat pada firman Allah Swt, ال تسئلوا عن أشياء إن تبد لكم تسؤكم menunjukkan arti .... a. Ta’dzim b. Tahrim c. Irsyad d. Karahah e. Tahdid 7. Semua lafadh di bawah ini adalah lafadh am, kecuali... a. Lafadh mufrad yang dima’rifatkan dengan “al” b. Lafadh jama’ yang menggunakan alif lam jinsiyyah c. Lafadh mufrad yang menggunakan alif lam jinsiyyah d. Lafadh kullun yang diidhafahkan e. Lafadh tatsniyyah 8. Lafadh am adalah lafadh yang mengandung pengertian umum tanpa batas, yang seluruh anggota lafadh tersebut tercakup di dalamnya dengan sekali sebut. Kalimat “dengan sekali sebut” pada definisi lafadh am di atas, untuk membedakan lafadh tersebut dengan lafadh... a. Muqayyad b. Musytarak c. Mujmal d. Mutlaq e. Khos 9. Memalingkan lafadh am dari keumumannya, dengan mengeluarkan sebagian anggota yang ia miliki sehingga keterkaitan hukum terbatas pada anggota lafadh am yang tersisa disebut... a. Bayan al-mukhassis b. Taqyid al-am c. Takhsish al-am d. Taqsim al-am e. Al-amal bi umum al-am 10. Kategori mukhassis yang tidak bisa berdiri sendiri, dan maknanya senantiasa terkait dengan lafadh sebelumnya disebut... a. Al-mukhassis al-mufarraq b. Al-mukhassis al-muttasil c. Al-mukhasissis al-mubayyan d. Al-mukhassis al-munfasil e. Al-mukhassis al-muqayyid Kunci jawaban 1. D 6. C 2. D 7. E 3. B 8. B 4. D 9. C 5. C 10. B B. Jawablah dengan singkat! االمر طلب الفعل من االىلع اىل االدىن 1 adalah definisi dari .... 2. Bentuk lafal amar di antaranya dapat dinyatakan dengan ....., dan ....... 3. بضده امر الشئ عن انلىه adalah kaidah nahi yang berarti ......... 4. Yang dimaksud dengan lafaz amm adalah .......... 5. Al- Qur’an hanya dapat ditakhsis oleh ........dan ....... 6. Lafadh yang belum jelas yang tidak dapat menunjukkan arti yang sebenarnya apabila tidak ada keterangan lain yang menjelaskannya adalah pengertian dari .... 7. Lafadh يسجد mempunyai dua arti yang sama-sama hakiki, maka ia disebut .... 8. Pengertian dari lafaz mutlaq adalah .... 9. Di antara syarat ta’wil adalah ........ dan ...... 10. Yang dimaksud dengan mafhum mukhalafah adalah ..... Kunci Jawaban singkat 1. Amr 2. fi’il amar, masdar, jumlah khabariyah 3. Perintah terhadap sesuatu larangan terhadap lawannya 4. umum 5. al-Qur’an dan sunnah 6. mujmal 7. musytarok 8. lafadz yang tidak terikat 9. syarat takwil berdasarkan dalil yang shahih tidak bertentangan dengan nash yang qath’i 10. yang dipahami beda dengan yang ditampilkan C. Jawablah Pertanyaan Berikut denga Jelas! 1. Berilah contoh lafadh mutlaq dari al Qur’an! 2. Sebutkan contoh lafadh muqoyyad dari al Qur’an! 3. Sebutkan contoh makna mafhum dari firman Allah! 4. Apakah pengertian mujmal? Jelaskan! 5. Apakah pengertian mubayan? Jelaskan! Kunci jawaban uraian 1. QS. Al Mujadalah 58 3, َٱلَّذِينَ يُظَٰهِرُونَ مِن نِّسَآئِهِمْ ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا قَالُوا۟ فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka wajib atasnya memerdekakan seorang budak 2. Contohnya dalam QS. An Nisa’ 4 92 ووَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ أَن يَقْتُلَ مُؤْمِنًا إِلَّا خَطَـًٔا ۚ وَمَن قَتَلَ مُؤْمِنًا خَطَـًٔا فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin yang lain, kecuali karena tersalah tidak sengaja, dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah hendaklah ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman 3. Contoh Mafhum di antaranya adalah sebagai berikut 4. Secara bahasa mujmal berarti samar-samar dan beragam/majemuk. Mujmal ialah suatu lafal yang belum jelas, yang tidak dapat menunjukkan arti sebenarnya apabila tidak ada keterangan lain yang menjelaskan. 5. Pengertian Mubayyan Mubayyan artinya yang dinampakkan dan yang dijelaskan, secara istilah berarti lafadz yang dapat dipahami maknanya berdasar asal awalnya atau setelah dijelaskan oleh lainnya. Al Bayyan artinya ialah penjelasan, di sini maksudnya ialah menjelaskan lafal atau susunan yang mujmal. Terima Kasih Atas Kunjungannya. Kunjungilah selalu semoga bermanfaat. Aamiin.
DefinisiAmar, Nahi, Mujmal dan Mubayyan Ushul Fiqh adalah: pengetahuan tentang kaidah-kaidah dan pembahasan yang dijadikan sebagai acuan dalam penetapan hukum syari'at mengenai perbuatan manusia berdasarkan dalil-dalil yang terinci. seperti contoh apabila ada sebuah pertanyaan,
151 1 jika konteks pembahasannya sama, misalnya ayat Baqarah yang mutlak dengan ayat Baqarah yang muqayyad, maka yang muqayyad harus digunakan, sedangkan yang mutlak harus ditinggalkan. Ini sebagaimana dicontohkan di atas. 2 jika konteks pembahasannya berbeda, misalnya ayat Dhihâr yang menyatakan pembebasan budak secara mutlak, dengan pembebasan budak mukmin yang muqayyad dalam kasus pembunuhan yang salah, maka dalil muqayyad dalam kasus pembunuhan yang salah tersebut tidak bisa digunakan untuk men- taqyîd kemutlakan pembebasan budak dalam kasus Dhihâr. Sebaliknya, karena masing-masing merupakan dua konteks yang berbeda, maka masing-masing berlaku sesuai dengan konteksnya, dan bukan untuk konteks yang lainnya. Mujmal dan Mubayyan Secara etimologis, lafadz Mujmal berarti al-jam plural. Secara terminologis, adalah sesuatu yang menunjukkan lebih dari satu madlûl maksud, tanpa adanya pengistimewaan satu atas yang lainnya, dimana madlûl maksud-nya memerlukan penjelasan. Dikatakan sesuatu yang menunjukkan dan tidak dikatakan lafadz yang menunjukkan karena Mujmal tidak hanya berkaitan dengan lafadz, tetapi juga perbuatan. Ini jelas berbeda dengan Am- Khâsh atau Muthlaq-Muqayyad, yang masing-masing berkaitan dengan lafadz. Dikatakan lebih dari satu madlûl maksud karena dengan begitu deskripsi tersebut akan mengeluarkan lafadz mutlak yang hanya menunjukkan satu madlûl maksud, seperti Raqabah -yang hanya berarti budak, selain orang merdeka- sementara lafadz Sulthân -yang bisa berarti hujah dan penguasa- telah menunjukkan lebih dari satu madlûl maksud, dan karenanya disebut Mujmal. Dikatakan tanpa adanya pengistimewaan satu atas yang lainnya agar bisa mengeluarkan lafadz yang salah satu madlûl maksud-nya diunggulkan atas yang lain, seperti Haqîqah dan Majâz atau Dalâlah Iqtidhâ yang dipalingkan dari konotasi kalimat berita menjadi thalab. Dikatakan madlûl maksud-nya memerlukan penjelasan agar bisa 152 mengenyahkan lafadz umum dari deskripsi, karena sekalipun lafadz tersebut meliputi jenis derivatnya, namun ia tidak memerlukan penjelasan. Berbeda dengan Mujmal, yang memang memerlukan penjelasan. Misalnya, al-ayn mata yang khasiatnya untuk melihat, adalah lafadz umum. Bukan lagi lafadz Mujmal, karena tidak perlu penjelasan, atau qarînah untuk menentukan maksudnya. Berbeda jika dikatakan apa komentar anda tentang al-ayn? Dalam konteks pertanyaan ini, lafadz al-ayn adalah Mujmal, karena pertanyaan tersebut tidak mungkin dijawab, kecuali setelah diberi penjelasan atau keterangan dengan qarînah lain. Melalui batasan di atas, maka konteks Mujmal bisa meliputi dua aspek, perbuatan dan perkataan, atau bahasa verbal dan lisan. Dalam konteks yang pertama, bahasa verbal, tidak ada lafadz, sementara dalam bahasa lisan terdapat lafadz. Karena itu, Mujmal meliputi keduanya, lafadz dan perbuatan. Dengan demikian, istilah shîghat yang berkonotasi struktur harfiah, tidak berlaku dalam konteks Mujmal-Mubayyan. Maka, setelah menganalisis nas-nas syara, khususnya al-Qur’an, konteks Mujmal -sebagaimana konotasi yang telah dideskripsikan di atas- mempunyai bentuk sebagai berikut 1. lafadz Musyratak Musytarak adalah kata yang mempunyai lebih dari satu makna. Lafadz Musytarak ini merupakan lafadz Mujmal yang membutuhkan penjelasan, melalui salah satu madlûl maksud-nya. Misalnya, lafadz Quru dalam firman Allah } َﺔَﺛَﻼَﺛ ﱠﻦِﻬِﺴُﻔْﻧَﺄِﺑ َﻦْﺼﱠﺑَﺮَﺘَﻳ ُﺕﺎَﻘﱠﻠَﻄُﻤْﻟﺍَﻭ ٍءﻭُﺮُﻗ { Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri menunggu tiga kali Qurû. al-Baqarah 228 adalah lafadz Mujmal, yang mempunyai konotasi suci dan haid, sebab masih memerlukan penjelasan melalui sejumlah indikasi qarînah. 2. Lafadz Murakkab adalah lafadz yang terbentuk lebih dari satu lafadz. Lafadz Murakkab ini merupakan lafadz Mujmal jika konotasinya memunculkan spekulasi lebih dari satu maksud; 153 dimana untuk menentukannya perlu penjelasan. Misalnya, lafadz al-Ladzî biyadih[i] uqdat[u] an-nikâh orang yang di tangannya memegang otoritas tali perkawinan dalam firman Allah } َﻮُﻔْﻌَﻳ ْﻭَﺃ ِﺡﺎَﻜﱢﻨﻟﺍ ُﺓَﺪْﻘُﻋ ِﻩِﺪَﻴِﺑ ﻱِﺬﱠﻟﺍ { Atau dima`afkan oleh orang yang memegang ikatan nikah. al- Baqarah 238 adalah lafadz Mujmal, yang mempunyai konotasi suami atau wali pihak perempuan. 3. kata ganti dhamîr yang merujuk lebih pada satu arah Kata ganti dhamîr yang merujuk lebih pada satu rujukan mudhmar minhu yang sederajat -karena memerlukan penjelasan melalui sejumlah indikasi lain- maka bisa disebut lafadz Mujmal. Misalnya, firman Allah } َﻛ ْﻦَﻣ ُﻢ ِﻠَﻜْﻟﺍ ُﺪَﻌ ْﺼَﻳ ِﻪ ْﻴَﻟِﺇ ﺎ ًﻌﻴِﻤَﺟ ُﺓﱠﺰ ِﻌْﻟﺍ ِﻪﱠﻠِﻠَﻓ َﺓﱠﺰِﻌْﻟﺍ ُﺪﻳِﺮُﻳ َﻥﺎ ُﺢِﻟﺎﱠﺼﻟﺍ ُﻞَﻤَﻌْﻟﺍَﻭ ُﺐﱢﻴﱠﻄﻟﺍ ُﻪُﻌَﻓْﺮَﻳ { Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka milik Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal kebajikan dinaikkan-Nya. Fâthir 10 Frasa Yarfauh[u] menaikannya terbentuk dari lafadz yarfa[u] menaikkan dan h[u] nya. Dalam hal ini, kata ganti dhamîr h[u] nya -yang merupakan kata ganti laki-laki pihak ketiga tunggal- bisa merujuk kepada lafadz al-amal as-shâlih amal kebajikan atau al-kalim[u] at-thayyib[u] perkataan-perkataan yang baik. Jika merujuk kepada lafadz al-amal as-shâlih amal kebajikan berarti konotasinya adalah Allah akan mengangkat al-amal as-shâlih amal kebajikan tersebut, dalam arti menerimanya. Jika merujuk kepada lafadz al-kalim[u] at-thayyib[u] perkataan-perkataan yang baik, berarti konotasinya adalah amal kebajikan tersebut 154 akan mengangkat al-kalim[u] at-thayyib[u] perkataan- perkataan yang baik tadi kepada Allah. Dua konotasi ini, sama-sama benarnya atau sederajat . 4. spekulasi berhenti waqf dan mulai juga mengundang spekulasi maksud makna. Karena itu, ini juga merupakan bentuk Mujmal. Misalnya, firman Allah } َﻳ ﺎَﻣَﻭ ﺍ ﱠﻻِﺇ ُﻪَﻠﻳِﻭْﺄَﺗ ُﻢَﻠْﻌ ِﻢْﻠِﻌْﻟﺍ ﻲِﻓ َﻥﻮُﺨِﺳﺍﱠﺮﻟﺍَﻭ ُﻪﱠﻠﻟ { Padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah, dan orang-orang yang mendalam ilmunya.. Ali Imrân 7 Berhenti setelah masing-masing bacaan Allâh, atau bacaan wa ar-râsikhûna fî al-ilm[i] akan mempunyai implikasi maksud yang berbeda. Jika berhenti pada bacaan Allâh, konotasinya hanya Allah yang Maha Mengetahui takwil ayat-ayat Mutasyâbihât tersebut. Jika berhenti pada bacaan wa ar- râsikhûna fî al-ilm[i], berarti konotasinya Allah dan orang- orang yang mendalam ilmunya sama-sama mengetahui takwil ayat-ayat Mutasyâbihât tersebut. Masing-masing, baik waqf maupun bermula -dengan masing-masing implikasi konotatifnya- memerlukan penjelasan dari indikasi yang lain. Konteks seperti ini juga bisa disebut Mujmal. 5. ambiguitas makna yang digunakan itu bisa saja terjadi karena lafadznya itu sendiri mubham kabur, tidak jelas maksud dan maknanya bagi pihak yang dikenai seruan al-mukhâthab, kecuali dengan penjelasan sebagai tafsir atas ambiguitasnya, atau melalui sejumlah indikasi lain. Misalnya, firman Allah } ﻲِﻓ ْﻢُﻜﻴِﺘْﻔُﻳ ُﻪﱠﻠﻟﺍ ِﻞُﻗ َﻚَﻧﻮُﺘْﻔَﺘْﺴَﻳ ِﺔَﻟَﻼَﻜْﻟﺍ َﺲْﻴَﻟ َﻚَﻠَﻫ ٌﺅُﺮْﻣﺍ ِﻥِﺇ َﻳ ْﻢَﻟ ْﻥِﺇ ﺎَﻬُﺛِﺮَﻳ َﻮُﻫَﻭ َﻙَﺮَﺗ ﺎَﻣ ُﻒْﺼِﻧ ﺎَﻬَﻠَﻓ ٌﺖْﺧُﺃ ُﻪَﻟَﻭ ٌﺪَﻟَﻭ ُﻪَﻟ ْﻦُﻜ ﺍﻮُﻧﺎ َﻛ ْﻥِﺇَﻭ َﻙَﺮَﺗ ﺎﱠﻤِﻣ ِﻥﺎَﺜُﻠﱡﺜﻟﺍ ﺎَﻤُﻬَﻠَﻓ ِﻦْﻴَﺘَﻨْﺛﺍ ﺎَﺘَﻧﺎَﻛ ْﻥِﺈَﻓ ٌﺪَﻟَﻭ ﺎَﻬَﻟ ْﻢ ُﻜَﻟ ُﻪ ﱠﻠﻟﺍ ُﻦﱢﻴَﺒُﻳ ِﻦْﻴَﻴَﺜْﻧُﻷﺍ ﱢﻆَﺣ ُﻞْﺜِﻣ ِﺮَﻛﱠﺬﻠِﻠَﻓ ًءﺎَﺴِﻧَﻭ ًﻻﺎَﺟِﺭ ًﺓَﻮْﺧِﺇ ٌﻢﻴِﻠَﻋ ٍءْﻲَﺷ ﱢﻞُﻜِﺑ ُﻪﱠﻠﻟﺍَﻭ ﺍﻮﱡﻠِﻀَﺗ ْﻥَﺃ { 155 Mereka meminta fatwa kepadamu tentang kalalah. Katakanlah Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah yaitu jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki- laki mempusakai seluruh harta saudara perempuan, jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka ahli waris itu terdiri dari saudara- saudara laki dan perempuan, maka bahagian seorang saudara laki- laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan hukum ini kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. an-Nisâ 176 Lafadz Kalâlah adalah lafadz Mujmal, dan masih memerlukan penjelasan, yang kemudian maksudnya dijelaskan oleh Allah SWT. dalam ayat yang sama. 6. lafadz Manqûl yang dimaksud di sini adalah lafadz yang mengalami pengalihmaknaan dari konteks kebahasaan haqîqah lughawiyyah kepada konteks syara haqîqah syariyyah. Di lihat dari aspek pengalihmaknaan lafadz tersebut, dari satu konteks kepada konteks lain, sehingga mempunyai implikasi makna A atau B, bisa dikatakan bahwa lafadz tersebut merupakan lafadz Mujmal yang masih memerlukan penjelasan. Misalnya » ِﺏﺎَﺘِﻜْﻟﺍ ِﺔَﺤِﺗﺎَﻓ ِﺓَءﺍَﺮِﻘِﺑ ﱠﻻِﺇ َﺓَﻼَﺻ َﻻ Tidak sah suatu shalat, kecuali dengan membaca Fâtihah al-Kitâb surat al-Fâtihah. at-Tirmîdzi dari Abû Hurairah Lafadz Shalât dalam konteks hadits ini adalah lafadz Umûm, karena berbentuk ism an-Nakirah dalam struktur kalimat negatif. Lafadz shalât di sini bisa diaplikasikan untuk semua kasus shalat, sehingga tidak sah shalat apapun kecuali dengan 156 membaca surat al-Fâtihah. Ini jelas berbeda dengan lafadz Shalât dalam firman Allah } ﺍﻮُﻤْﻴِﻗَﺃَﻭ َﺓَﻼﱠﺼﻟﺍ { Dan dirikanlah shalat. Yûnus 87 yang merupakan lafadz Mujmal, karena masih memerlukan penjelasan, baik melalui perkataan maupun perbuatan Rasulullah saw. mengenai tatacaranya. Misalnya, bagaimana Rasulullah mengajarkan cara shalat kepada kaum Muslim, dan bagaimana beliau shalat di depan mereka, agar mereka mengikuti tatacara shalat seperti shalat beliau. Mengenai Mubayyan, atau sesuatu yang dijelaskan, adalah bentuk Mujmal yang disertai penjelasan, baik secara terpisah maupun tidak. Dengan demikian, jika bentuk Mujmal tersebut telah hilang ambiguitasnya, kemudian maknanya menjadi jelas atau madlûl yang digunakannya telah dimenangkan, berarti bentuk tersebut menjadi Mubayyan. Karena itu, bentuk Mubayyan tersebut bisa diklasifikasikan menjadi 1. perkataan Mubayyan dalam bentuk perkataan ini, misalnya bisa dicontohkan dalam firman Allah } ﺎًﻋﻭُﺰَﺟ ﱡﺮﱠﺸﻟﺍ ُﻪﱠﺴَﻣ ﺍَﺫِﺇ ~ َﺨْﻟﺍ ُﻪﱠﺴَﻣ ﺍَﺫِﺇَﻭ ﺎًﻋﻮُﻨَﻣ ُﺮْﻴ { Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. al-Maârij 20-21 yang merupakan Bayân Qawlî terhadap kemujmalan lafadz Halû[an] dalam firman-Nya } ﻮُﻠَﻫ َﻖِﻠُﺧ َﻥﺎَﺴْﻧِﻹﺍ ﱠﻥِﺇ ﺎًﻋ { Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. al-Maârij 19 157 2. perbuatan Mubayyan dalam bentuk perbuatan ini, misalnya bisa dicontohkan dalam konteks penjelasan Rasul » ْﻢُﻜَﻜِﺳﺎَﻨَﻣ ﺍﻭُﺬُﺧْﺄَﺘِﻟ Hendaknya kalian mengambil tatacara ibadah haji kalian dariku. Muslim dari Jâbir yang merupakan Bayân Filî terhadap kemujmalan perintah haji. 3. perkataan dan perbuatan Mubayyan dalam bentuk perkataan dan perbuatan ini, bisa terjadi 1 jika masing-masing perkataan dan perbuatan tersebut konteks maksudnya sama-sama layak untuk menjelaskan maksud kemujmalan seruan pembuat syartiat; dimana satu sama lain bisa saling menguatkan maksudnya. Misalnya ketika Rasul menjelaskan tatacara shalat dengan perbuatan beliau, kemudian diikuti dengan pernyataan beliau » ﻲﱢﻠَﺻُﺃ ﻲِﻧﻮُﻤُﺘْﻳَﺃَﺭ ﺎَﻤَﻛ ﺍﻮﱡﻠَﺻَﻭ Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat. Bukhâri dari Mâlik Maka, masing-masing hadits tersebut merupakan Bayân Filî dan Qawlî terhadap kemujmalan perintah shalat. 2 jika masing-masing berbeda konteks penunjukan maksudnya, maka masing-masing tidak bisa menjadi penjelasan, kecuali setelah melalui analisis usul terhadap kedua konteks dalil tersebut, baik untuk dikompromikan ataupun diunggulkan salah satunya. Penjelasan mengenai hal ini secara lebih rinci dalam pembahasan tarjîh, dalam bab berikutnya. Hanya sekedar contoh, dalam hal ini bisa diambil hadits Nabi, yang beliau nyatakan setelah turunnya ayat haji 158 » َﻃ ْﻒ ُﻄَﻴْﻠَﻓ ٍﺓَﺮ ْﻤُﻋ ﻰ َﻟِﺇ ﺎﺠَﺣ َﻥِﺮَﻗ ْﻦَﻣ ﻰَﻌ ْﺴَﻳَﻭ ﺍًﺪ ِﺣﺍَﻭ ﺎ ًﻓﺍَﻮ ﺍًﺪِﺣﺍَﻭ ﺎًﻴْﻌَﺳ Siapa saja yang menyertakan haji dengan umrah, hendaknya thawaf sekali, dan sai sekali. at-Tirmîdzi Namun, ada riwayat lain mengenai perbuatan Rasul, bahwa beliau pernah haji dan umrah, namun tidak hanya thawaf dan sai, masing-masing sekali. Beliau justru telah melakukannya masing-masing dua kali. 8 Maka untuk mengetahui hal ini, bisa dijelaskan sebagai berikut a- jika diketahui, bahwa yang terdahulu adalah penjelasan lisan, maka penjelasan lisan tersebut adalah yang dikehendaki. Artinya, thawaf dan sai, masing-masing hanya sekali, sementara tambahannya adalah sunah. b- jika diketahui, bahwa yang terdahulu adalah penjelasan verbal, maka penjelasan lisan itulah yang dikehendaki. Adapun tambahan yang terdapat dalam penjelasan verbal yang lebih dulu tadi; bisa jadi merupakan kekhususan bagi Rasul, jika disertai indikasi takhshîsh, dan bisa jadi tambahannya -yaitu thawaf dan sai lebih dari sekali- tadi dihapus dengan penjelasan lisan. Alasannya, karena konteks penunjukan makna penjelasan lisan bagi ummat Nabi saw. itu lebih kuat ketimbang penjelasan verbal beliau. c- jika tidak diketahui mana yang terdahulu, maka lebih baik penjelasan lisan dianggap lebih dulu. Sebab, tambahannya -sebagaimana yang dinyatakan dalam penjelasan verbal- dalam konteks ini adalah sunah. Jika dibalik, artinya penjelasan verbalnya lebih 8 atTirmîdzi, Sunan atTirmîdzi, hadits no. 870. 159 dahulu, berarti tambahannya ada kemungkinan telah dihapus, atau dikhususkan untuk Nabi. Sementara, bagi ummat Nabi saw. menggunakan dua dalil sekaligus, lebih baik ketimbang menggugurkan salah satunya. Mubayyan konteks yang dijelaskan pada dasarnya merupakan bentuk Mujmal yang disertai penjelasan, baik secara terpisah maupun tidak. Karena itu, Mubayyan -atau Mujmal yang disertai penjelasan- tersebut bisa diklasifikasikan menjadi 1. Mubayyan Muttashil adalah bentuk Mujmal yang disertai penjelasan yang terdapat dalam satu nas atau dalil. Misalnya, kemujmalan lafadz Kalâlah, telah dijelaskan dengan penjelasan yang terdapat dalam nas atau dalil yang sama. Allah berfirman } ِﺔَﻟَﻼَﻜْﻟﺍ ﻲِﻓ ْﻢُﻜﻴِﺘْﻔُﻳ ُﻪﱠﻠﻟﺍ ِﻞُﻗ َﻚَﻧﻮُﺘْﻔَﺘْﺴَﻳ َﺲْﻴَﻟ َﻚَﻠَﻫ ٌﺅُﺮْﻣﺍ ِﻥِﺇ ٌﺪَﻟَﻭ ُﻪَﻟ ْﻦُﻜَﻳ ْﻢَﻟ ْﻥِﺇ ﺎَﻬُﺛِﺮَﻳ َﻮُﻫَﻭ َﻙَﺮَﺗ ﺎَﻣ ُﻒْﺼِﻧ ﺎَﻬَﻠَﻓ ٌﺖْﺧُﺃ ُﻪَﻟَﻭ ﱡﺜﻟﺍ ﺎَﻤُﻬَﻠَﻓ ِﻦْﻴَﺘَﻨْﺛﺍ ﺎَﺘَﻧﺎَﻛ ْﻥِﺈَﻓ ٌﺪَﻟَﻭ ﺎَﻬَﻟ ﺍﻮُﻧﺎ َﻛ ْﻥِﺇَﻭ َﻙَﺮَﺗ ﺎﱠﻤِﻣ ِﻥﺎَﺜُﻠ ْﻢ ُﻜَﻟ ُﻪ ﱠﻠﻟﺍ ُﻦﱢﻴَﺒُﻳ ِﻦْﻴَﻴَﺜْﻧُﻷﺍ ﱢﻆَﺣ ُﻞْﺜِﻣ ِﺮَﻛﱠﺬﻠِﻠَﻓ ًءﺎَﺴِﻧَﻭ ًﻻﺎَﺟِﺭ ًﺓَﻮْﺧِﺇ ٌﻢﻴِﻠَﻋ ٍءْﻲَﺷ ﱢﻞُﻜِﺑ ُﻪﱠﻠﻟﺍَﻭ ﺍﻮﱡﻠِﻀَﺗ ْﻥَﺃ { Mereka meminta fatwa kepadamu tentang kalalah. Katakanlah Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah yaitu jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki- laki mempusakai seluruh harta saudara perempuan, jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka ahli waris itu terdiri dari saudara- saudara laki dan perempuan, maka bahagian seorang saudara laki- laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan hukum ini kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. an-Nisâ 176 160 Kalâlah adalah orang yang meninggal dunia, yang tidak mempunyai anak. Makna inilah yang diambil oleh Umar bin al-Khaththâb, seraya menyatakan » ُﻪَﻟ َﺪَﻟَﻭ َﻻ ْﻦَﻣ ُﺔَﻟَﻼَﻜْﻟَﺍ Kalâlah adalah orang yang tidak mempunyai anak. 9 2. Mubayyan Munfashil adalah bentuk Mujmal yang disertai penjelasan yang tidak terdapat dalam satu nas atau dalil. Dengan kata lain, penjelasan tersebut terpisah dari dalil Mujmal. Dalam hal ini, bisa berupa 1 al-Quran dengan al-Quran Dalil Mujmal al-Quran yang dijelaskan dengan penjelasan al-Quran, misalnya firman Allah } ﺍ ﱠﻻِﺇ ُﻪَﻠﻳِﻭْﺄَﺗ ُﻢَﻠْﻌَﻳ ﺎَﻣَﻭ ِﻢْﻠِﻌْﻟﺍ ﻲِﻓ َﻥﻮُﺨِﺳﺍﱠﺮﻟﺍَﻭ ُﻪﱠﻠﻟ { Padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah, dan orang-orang yang mendalam ilmunya.. Ali Imrân 7 Allâh wa ar-râsikhûna fî al-ilm[i] Allah, dan orang-orang yang mendalam ilmunya adalah konteks Mujmal karena ambiguitas huruf Waw, yang bisa berkonotasi athaf kata penghubung, atau istinâf kata permulaan kalimat baru. Jika Waw tersebut dipercayai sebagai kata penghubung, maka konotasi kalimat tersebut adalah hanya Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya yang mengetahui takwilnya, namun jika Waw tersebut dipercayai sebagai 9 Ibn Qudâmah, alMughnî, juz VI, hal. 168. Lihat, Rawwâs Qalah Jie, Mawsûah Fiq Umar ibn alKhaththâb, Dâr anNafâis, Beirut, cet. V, 1997, hal. 747748. 161 kata permulaan kalimat baru, maka konotasinya adalah hanya Allah yang mengetahui takwilnya, sedangkan orang-orang yang mendalam ilmunya -yang nota bene tidak mengetahuinya- mengatakan Kami beriman. Karena itu, ini diperlukan penjelasan. Dan, penjelasannya tidak terdapat dalam satu nas. Antara lain, firman Allah SWT } َﻠَﻋ ﺎَﻨْﻟﱠﺰَﻧَﻭ ٍءْﻲَﺷ ﱢﻞُﻜِﻟ ﺎًﻧﺎَﻴْﺒِﺗ َﺏﺎَﺘِﻜْﻟﺍ َﻚْﻴ { Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab Al Quran untuk menjelaskan segala sesuatu. an-Nahl 89 Pernyataan Allah yang menyatakan, bahwa al-Quran adalah tibyân[an] likull[i] syay[in] untuk menjelaskan segala sesuatu, dan ia diturunkan kepada manusia, menunjukkan bahwa tidak ada kandungan al-Quran yang tidak dapat difahami oleh manusia, termasuk di antaranya ayat-ayat Mutasyâbihât. Dengan demikian, ayat-ayat Mutasyâbihât tersebut tidak hanya diketahui oleh Allah, tetapi juga dapat difahami orang-orang yang ilmunya mendalam. Indikasi yang kedua, bahwa konteks pernyataan Allah Yaqulâna âmannâ mereka mengatakan beriman, juga menguatkan konotasi di atas. Sebab, untuk menyatakan beriman, tidak memerlukan ilmu yang mendalam. Artinya, orang biasa dengan kadar intelektual biasapun bisa mempunyai keimanan yang mendalam. Inilah yang juga dibuktikan oleh keimanan orang Arab Badui. Semuanya ini merupakan indikasi yang menguatkan penjelasan, bahwa Waw yang terdapat dalam nas di atas merupakan kata penghubung. Dengan demikian, penjelasan yang bisa digunakan untuk menjelaskan kemujmalan Allâh wa ar-râsikhûna fî al-ilm[i] Allah, dan orang-orang yang mendalam ilmunya adalah penjelasan melalui sejumlah indikasi sebagaimana yang dijelaskan di atas. Ini sekaligus menunjukkan, bahwa ini 162 merupakan Mubayyan Munfashil, karena penjelasannya tidak terdapat dalam nas yang sama, melainkan dalam nas-nas lain. 2 al-Quran dengan as-Sunnah dalil Mujmal al-Quran yang dijelaskan dengan as-Sunnah, misalnya firman Allah } ْﻦِﻣ ْﻢُﺘْﻌَﻄَﺘْﺳﺍ ﺎَﻣ ْﻢُﻬَﻟ ﺍﻭﱡﺪِﻋَﺃَﻭ ٍﺓﱠﻮُﻗ { Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi. al-Anfâl 60 Dalil ini dijelaskan dengan dalil lain, yaitu as-Sunnah » ِﻪ ﱠﻠﻟﺍ َﻝﻮ ُﺳَﺭ ُﺖْﻌِﻤ َﺳ r ُﻝﻮ ُﻘَﻳ ِﺮ َﺒْﻨِﻤْﻟﺍ ﻰ َﻠَﻋ َﻮ ُﻫَﻭ } ٍﺓﱠﻮُﻗ ْﻦِﻣ ْﻢُﺘْﻌَﻄَﺘْﺳﺍ ﺎَﻣ ْﻢُﻬَﻟ ﺍﻭﱡﺪِﻋَﺃَﻭ { ُﻲْﻣﱠﺮﻟﺍ َﺓﱠﻮُﻘْﻟﺍ ﱠﻥِﺇ َﻻََﺃ ُﻲْﻣﱠﺮﻟﺍ َﺓﱠﻮُﻘْﻟﺍ ﱠﻥِﺇ َﻻَﺃ ُﻲْﻣﱠﺮﻟﺍ َﺓﱠﻮُﻘْﻟﺍ ﱠﻥِﺇ َﻻَﺃ Saya Uqbah mendengar Rasulullah saw. bersabda -sementara beliau masih di atas mimbar- Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi. Ingatlah, sesungguhnya kekuatan itu adalah panah. Ingatlah, sesungguhnya kekuatan itu adalah panah. Ingatlah, sesungguhnya kekuatan itu adalah panah. Muslim dari Uqbah bin Amir Nâsikh dan MansûkhBABI PEMBAHASAN MANTUQ & MAFHUM,AL MUJMAL & AL MUBAYYAN A.Mantuq [1] Kata mantuq secara bahasa berarti sesuatu yang ditunjukkaDi artikel ini kami akan membagikan Contoh Soal Fiqih kelas 12 semester 2 TentanKaidah Mujmal dan Mubayyan, Ada 55 contoh soal yang kami berikan dalam bentuk soal pilihan ganda dan soal essay. Soal soal ini bisa menjadi evaluasi atau latihan untuk mata pelajaran ini. Dan bisa juga menjadi acuan atau bahan guru guru dalam membuat soal. Soal Pilihan Ganda 1. Menjelaskan status kata dari tidak jelas menjadi jelas adalah …. a. mutlaq b. mafhum c. mujmal d. mubayyan e. musyratak 2. Murakkab memiliki arti… a. kata kerja b. kata benda c. susunan kata d. berita e. pelaku 3. Pembuat mujmal dinamakan… a. al-Qa’id b. al-Lafzi c. ijmal d. syari’ e. quru’ 4. Padanan kata terkumpul’ adalah … a. bercampur aduk b. berantakan c. keramaian d. macet e. padat 5. Jalan keluar ketika didapati ayat yang musykil adalah… a. digantikan b. dihapuskn c. dikerjakan d. ijtihad e. ditinggalkan 6. Lafaz mujmal memiliki makna … a. pasti b. jelas c. terkumpul d. sekarang e. masa lalu 7. Arti mubayyan secara bahasa yaitu … a. majemuk b. samar-samar c. beragam d. luas e. penjelas 8. Lafaz quru’ memiliki arti haid dan suci. Jadi, lafaz itu termasuk… a. khas b. mujmal c. mubayyan d. nasakh e. mansukh 9. Mubayyan memiliki arti… a. satu makna b. banyak makna c. dua makna atau lebih d. makna rancu e. maksud yang jelas 10. Perhatikan potongan ayat di bawah ini! ….. فمن لم يجد فصيام ثلثة ايام فى الحج وسبعة اذا رجعتم تلك عشرة كاملة….. Pernyataan yang sesuai ayat di atas adalah … a. ayat termasuk al-bayanu bil fi’il b. ayat termasuk al-bayanu bilqauli c. ayat termasuk al-bayanu bil isyarah d. ayat termasuk al-bayanu bittarki e. ayat termasuk al-bayanu bissukuti ba’das sual 11. Berikut ini yang bukan termasuk mubayyan adalah … a. isyarat b. ucapan c. perbuatan d. meninggalkan sesuatu e. lafaz amar 12. Ayat yang mengandung contoh lafaz mujmal yang menghubungkan hukum halal dan haram kepada orang lain berada di surah … a. al-Baqarah ayat 228 b. an-Nur ayat 56 c. al-Baqarah ayat 237 d. al-Baqarah ayat 196 e. an-Nisa’ ayat 23 13. Pengambilan hukum terdapat ayat yang bersifat mujmal adalah … a. syubhat b. fardu c. wajib d. tidak boleh e. boleh 14. Rasullah saw menjelaskan bahwa posisi beliau dengan orang yang mau merwat dan menyayangi anak yatim adalah seperti antara jari telunjuk dan jari tengah. Berikut lafaz yang sesuai dengan uraian di atas adalah … a. البيان بالقول b. البيان بالسكوت بعد السؤال c. البيان بالترك d. البيان بالاشارة e. البيان بالفعل 15. Ayat yang mengandung lafaz murakkab berada di surah … a. al-Baqarah ayat 228 b. an-Nur ayat 56 c. al-Baqarah ayat 237 d. al-Baqarah ayat 196 e. an-Nisa’ ayat 23 16. Contoh lafaz yang memiliki makana asing terdapat pada … a. surah al-Baqarah ayat 237 b. surah al-Baqarah ayat 228 c. surah al-Ma’arij ayat 19 d. surah an-Nur ayat 58 e. surah al-Baqarah ayat 225 17. Lafaz-lafaz yang membutuhkan makan lainnya dalam menjelaskan tata caranya berada di surah.. a. al-Baqarah ayat 228 b. an-Nur ayat 56 c. al-Baqarah ayat 237 d. al-Baqarah ayat 196 e. an-Nisa’ ayat 23 18. Lafaz yang maknanya asing ketika digunakan termasuk… a. pengertian mujmal b. penyebab ke-mujmal-an c. jenis-jenis lafaz mujmal d. hukum mujmal e. jenis-jenis mubayyan 19. Ketidakjelasan mujmal disebut .. a. al-Qa’id b. al-Lafzi c. ijmal d. syar’i e. quru’ 20. Lafaz yang makananya asing ketika digunakan disebut … a. mujmal b. mubayyan c. muradif d. musytarak e. zahir 21. Ayat yang mengandung bayyan menggunakan kata-kata berada di surah … a. al-Baqarah ayat 228 b. an-Nur ayat 56 c. al-Baqarah ayat 237 d. al-Baqarah ayat 196 e. an-Nisa’ ayat 23 22. Lafaz المهم المجموع memiliki arti… a. mengganti lafaz baru b. mengkhususkan makan umum c. menjelaskan lafaz yang umum d. mengganti dan menghapus e. yang tidak diketahui dan yang terkumpul 23. Lafaz mujmal dapat terjadi dalam beberapa bentuk, salah satunya … a. mas dar b. fi’il c. jamak d. jamak taksir e. qasam mujmal adalah lafaz yang sighatnya tidak menunjukkan apa yang … a. umum b. dimaksud c. khusus d. musyrik e. diragukan 25. صلا كما رايتمو نىي اصلى Berikut pernyataan yang sesuai adalah … a. hadis termasuk al-bayanu bil fi’il b. hadis termasuk al-bayanu bilqauli c. hadis termasuk al-bayanu bil isyarah d. hadis termasuk al-bayanu bittarki e. hadis termasuk al-bayanubisukuti ba’das sual Soal Essay 1. Perhatikan potongan ayat di bawah ini! الشهر هكذا يعني مرة تسعة وعشرين ومرة ثلاثين Analisis kaidah lafaz yang terkandung pada hadis di atas! 2. Sebutkan sebab ke-mujmal-an suatu ayat! 3. Jelaskan pengertian mujmal yang Anda ketahui! 4. Jelaskan pengertian lafaz mubayyan dalam ushul fikih! 5. Siapakah yang memberikan penjelasan dari pembuatan syariat? 6. Secara bahasa mubayyan berarti … 7. Perintah menunaikan zakat termasuk contoh lafaz… 8. Lafaz yang sudah tidak membutuhkan penjelasan lafaz lain disebut… 9. Diharamkan melakukan perjudian merupakan contoh lafaz… 10. Wanita yang ditalak hendaknya menahan diri selama … 11. Penjelas lafaz mujmal disebut … 12. Kata “mendirikan sholat” disebut mujmal karena … 13. Ada hadis yang menyatakan bahwa Nabi saw. tidak berwudu lagi setelah memakan daging yang dimasak merupakan contoh dari … 14. Lafaz mujmal merupakan lafaz yang tergantung pada… 15. Global adalah pengertian dari mujmal secara… 16. …. اويعفوا الذى بيده عقدة النكاح…. Jelakan kaidah lafaz pada ayat di atas! 17. Tuliskan ayat berserta artinya yang mengandung mubayyan dengan meninggalkan sesuatu! 18. Jelaskan pengertian mubayyan yang Anda ketahui! 19. Apa yang Anda ketahui tentang mujmal mufassar? 20. Sebutkan tiga penyebab ke-mujmal-an! 21. Sebutkan macam-macam mubayyan! 22. Bagaimana hukum lafaz mujmal? 23. Apa yang Anda ketahui tentang lafaz musykil? 24. Sebutkan contoh-contoh mujmal mubayyan! 25. Jelaskan bayyan dalam hadis Nabi saw. riwayat Bukhari tentang shalat! 26. Berikan contoh bayyan dengan diam setelah ada pertanyaan! 27. Bagaimanakah mujmal dalm surah al-Maidah ayat 3? 28. Jelaskan fungsi lafaz mubayyan! 29. Jelaskan maksud mujmal pada surah al-Baqarah! 30. Sebutkan pembagian-pembagian lafaz mujmal! Soal Soal Lainnya Soal Sosiologi Kelas 12 semester 2 Tentang Mengevaluasi Aksi Pemberdayaan KomunitasSoal Al Qur’an hadits kelas 12 semester 2 Tentang Amar Makruf Nahi Mungkar Tugas MuliaSoal Ekonomi Kelas 11 semester 2 Tentang Kerja Sama Ekonomi Internasional dan Perdagangan InternasionalSoal PPKN Kelas 11 semester 2 Tentang Peran Indonesia dalam Perdamaian DuniaSoal Aqidah Akhlak Kelas 12 semester 2 Tentang Menghindari Perilaku Tercela Post Views 480Saya itulah dah tahu sibuk tak sempat menuntut ilmu, lain kali serahkan pada ahlinya, percaya dengan hukum yang dikeluarkan ulama, jangan sibuk tanya dalil kalau bahasa arab pun tak pandai, ijma' pun tak tahu, mujmal mubayyan pun tak tahu, nasikh mansukh pun tak reti, rajih marjuh pun tak pernah dengar, am makhsus pun tak faham!A. Mujmal. Pengertian Mujmal. Secara bahasa mujmal berarti samar-samar dan beragam/majemuk. Mujmal ialah suatu lafal yang belum jelas, yang tidak dapat menunjukkan arti sebenarnya apabila tidak ada keterangan lain yang menjelaskan. Dapat juga dimengerti sebagai lafadh yang global, masih membutuhkan penjelasan bayan atau penafsiran tafsir. Seperti pada Al-Qur'an Surat An Nur ayat 56, yang masih memerlukan penjelasan tentang tatacara الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ “ dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.” QS. An Nur 56 Kata “mendirikan shalat” dalam ayat di atas masih mujmal/belum jelas karena tidak diketahui tata caranya, maka butuh dalil lainnya untuk memahami tata caranya. Dan Kata ”menunaikan zakat” dalam ayat di atas masih mujmal karena belum diketahui ukurannya sehingga untuk memahaminya masih diperlukan dalil lainnya. B. Mubayyan. 1. Pengertian Mubayyan. Mubayyan artinya yang ditampakkan dan yang dijelaskan, secara istilah berarti lafadh yang dapat dipahami maknanya berdasar asal awalnya atau setelah dijelaskan oleh lainnya. Al Bayyan artinya ialah penjelasan, di sini maksudnya ialah menjelaskan lafal atau susunan yang mujmal. 2. Klasifikasi Mubayyan. a. Mubayyan Muttashil, adalah mujmal yang disertai penjelasan yang terdapat dalam satu nash. Misalnya dalam Al-Qur'an Surat An Nisa’ 4 176, يَسْتَفْتُونَكَ قُلِ اللَّهُ يُفْتِيكُمْ فِي الْكَلَالَةِ ۚ إِنِ امْرُؤٌ هَلَكَ لَيْسَ لَهُ وَلَدٌ وَلَهُ أُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَ ۚ وَهُوَ يَرِثُهَا إِنْ لَمْ يَكُنْ لَهَا وَلَدٌ ۚ فَإِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثَانِ مِمَّا تَرَكَ ۚ وَإِنْ كَانُوا إِخْوَةً رِجَالًا وَنِسَاءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْأُنْثَيَيْنِ ۗ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ أَنْ تَضِلُّوا ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ “ mereka meminta fatwa kepadamu tentang kalalah Katakanlah "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah yaitu jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai seluruh harta saudara perempuan, jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka ahli waris itu terdiri dari saudara-saudara laki dan perempuan, Maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan hukum ini kepadamu, supaya kamu tidak sesat. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” QS. An Nisa’ 4 176 Lafazh “kalalah” adalah mujmal yang kemudian dijelaskan dalam satu nash; “Mereka meminta fatwa kepadamu tentang kalalah. Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah, yaitu jika seorang meninggal dunia dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya dan saudaranya yang laki-laki mempusakai seluruh harta saudara perempuan, jika ia tidak mempunyai anak, tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Jika mereka ahli waris itu terdiri dari saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sebanyak bagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan hukum ini kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” Kalalah adalah orang yang meninggal dunia yang tidak mempunyai anak. Makna inilah yang diambil oleh Umar bin Khtattab, yang meyatakan “Kalalah adalah orang yang tidak mempunyai anak.” b. Mubayyan Munfashil, adalah bentuk mujmal yang disertai penjelasan yang tidak terdapat dalam satu nash. Dengan kata lain, penjelasan tersebut terpisah dari dalil mujmal. C. Macam-macam Mubayyan. 1. Bayan Perkataan. Penjelasan dengan perkataan bayan bil qaul, contohnya pada Al-Qur'an Surat Al Baqarah ayat 196 وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ ۚ فَإِنْ أُحْصِرْتُمْ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ ۖ وَلَا تَحْلِقُوا رُءُوسَكُمْ حَتَّىٰ يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهُ ۚ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ بِهِ أَذًى مِنْ رَأْسِهِ فَفِدْيَةٌ مِنْ صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ ۚ فَإِذَا أَمِنْتُمْ فَمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ ۚ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ ۗ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ۗ ذَٰلِكَ لِمَنْ لَمْ يَكُنْ أَهْلُهُ حَاضِرِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ ” dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. jika kamu terkepung terhalang oleh musuh atau karena sakit, Maka sembelihlah korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya lalu ia bercukur, Maka wajiblah atasnya berfid-yah, Yaitu berpuasa atau bersedekah atau berkorban. apabila kamu telah merasa aman, Maka bagi siapa yang ingin mengerjakan 'umrah sebelum haji di dalam bulan haji, wajiblah ia menyembelih korban yang mudah didapat. tetapi jika ia tidak menemukan binatang korban atau tidak mampu, Maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari lagi apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh hari yang sempurna. demikian itu kewajiban membayar fidyah bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada di sekitar Masjidil Haram orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah. dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.” QS. Al Baqarah ayat 196 Ayat tersebut merupakan bayan penjelasan terhadap rangkaian kalimat sebelumnya mengenai kewajiban mengganti korban menyembelih binatang bagi orang-orang yang tidak menemukan binatang sembelihan atau tidak mampu. 2. Bayan Perbuatan. Penjelasan dengan perbuatan bayan fi’li Contohnya Rasulullah Saw melakukan perbuatan-perbuatan yang menjelaskan cara-cara berwudhu yakni memulai dengan yang kanan, batas-batas yang dibasuh, Rasulullah Saw mempraktekkan cara-cara haji, shalat dan sebagainya. 3. Bayan Isyarat. Penjelasan dengan perkataan dan perbuatan sekaligus Firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 43وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ “…dan dirikanlah shalat…” QS. Al-Baqarah 43 Perintah mendirikan shalat tersebut masih kalimat global mujmal yang masih butuh penjelasan bagaimana tata cara shalat yang dimaksud, maka untuk menjelaskannya Rasulullah naik keatas bukit kemudian melakukan shalat hingga sempurna, lalu bersabda “Shalatlah kalian, sebagaimana kalian telah melihat aku shalat” HR Bukhari. 4. Bayan dengan Tulisan. Penjelasan dengan tulisan Penjelasan tentang ukuran zakat, yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. dengan cara menulis surat Rasulullah mendiktekannya, kemudian ditulis oleh para Sahabat dan dikirimkan kepada petugas zakat beliau. 5. Bayan dengan Isyarat. Penjelasan dengan isyarat contohnya seperti penjelasan tentang hitungan hari dalam satu bulan, yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. dengan cara isyarat, yaitu beliau mengangkat kesepuluh jarinya dua kali dan sembilan jari pada yang ketiga kalinya, yang maksudnya dua puluh sembilan hari. 6. Bayan dengan Meninggalkan Perbuatan. Penjelasan dengan meninggalkan perbuatan contohnya seperti Qunut pada shalat. Qunut pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw dalam waktu yang relatif lama, yaitu kurang lebih satu bulan kemudian beliau meninggalkannya. 7. Bayan dengan Taqrir/tidak Melarang/Diam. Penjelasan dengan diam taqrir. Yaitu ketika Rasulullah Saw melihat suatu kejadian, atau Rasulullah Saw mendengar suatu penuturan kejadian tetapi Rasulullah Saw mendiamkannya tidak mengomentari atau memberi isyarat melarang, itu artinya Rasulullah Saw tidak melarangnya. Kalau Rasulullah Saw diam tidak menjawab suatu pertanyaan, itu artinya Rasulullah Saw masih menunggu turunnya wahyu untuk menjawabnya. Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang pengertian mujmal, mubayyan, klasifikasi mubayyan dan macam-macam Mubayyan. Sumber Buku Fiqih Ushul Fiqih Kelas XII MA. Kunjungilah selalu semoga bermanfaat. Aamiin.
4 Mujmal dan Mubayyan - Mujmal adalah ayat yang menunjukkan kepada sesuatu pengertian yang tidak terang dan tidak rinci, atau dapat juga dikatakan sebagai suatu lafaz yang memerlukan penafsiran yang lebih jelas. - Mubayyan adalah suatu ayat yang diperoleh pada ayat yang lain. 5. Muhkam dan Mutasyabih - Muhkam adalah nas yang tidak memberikan
Origin is unreachable Error code 523 2023-06-16 090311 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d81e0b5b835b894 • Your IP • Performance & security by Cloudflare
Mengetahuidisiplin ilmu yang menyangkut tentang keshahihan dan kedhaifan sebuah hadits, seperti mengetahui sanad-sadad, rijal-rijalnya mujmal dan mubayyan dan semisalnya. Supaya dia berhukum sesuai mencoba mengarahkannya dengan mengacu pada dua pertanyaan dasar di bawah ini; 1. Apa dasar hukum fatwa Pondok Pesantren Persatuan Islam
Mengenal Kitab Ushul Fiqh Al Waraqat dan Terjemaha ArtinyaKitab al-Waraqat dikarang oleh Abu al-Ma’ali Dliya’ ad-Din Abdul Malik bin Abdullah bin Yusuf bin Muhammad al-Juwaini atau yang dikenal dengan Imam Haramain mendesain kitab al-Waraqat untuk kebutuhan mubtadi pemula. Secara bahasa, waraqat berarti lembaran-lembaran kertas. Dari judul saja sudah menggambarkan kitab ini bukan kitab yang besar. Pada bagian pengantar, Imam Haramain berkata, “Kitab ini adalah lembaran-lembaran kertas waraqat yang tipis/kecil yang berisi fasal-fasal topik-topik utama mengenai ushul fikih yang bisa diambil manfaatnya oleh pemula.”Nama lengkapnya Al-Waraqat fi Ushul Al-Fiqh الورقات في أصول الفقه. Sebagian manuskrip menyebut judulnya Al-Waraqat fi Al-Ushul. Kadang ada yang menyebutnya Muqaddimah ini adalah pembahasan ushul fikih saja. Tepatnya ushul fikih mazhab Asy-Syafi’i. Kitab ini tidak membahas fikih dan tidak membahas akidah. Pembahasan ushul fikih bermakna pembahasan aspek epistemologi fikih. Artinya, membahas ilmu kaidah dan rambu-rambu bagaimana fikih diproduksi. Jadi ilmu ushul fikih itu ilmu kerangka pikir. Ilmu ushul fikih adalah ilmu yang membentuk metode berpikir fikih dan nalar syar’i dalam Terjemah Arti Muzmal dan Mubayyan kitab Al Waraqat dengan dengan tulisan arab berharakatGlobal dan Penjelasan - الْمُجْمل والمبينوالمجمل مَا افْتقر إِلَى الْبَيَانGlobal adalah sesuatu yang butuh pada penjelasanوَالْبَيَان إِخْرَاج الشَّيْء من حيّز الْإِشْكَال إِلَى حيّز التجليpenjelasan adalah mengeluarkan sesuatu dari tempat yang sulit ke tempat yang jelasوَالنَّص مَا لَا يحْتَمل إِلَّا معنى وَاحِدًا وَقيل مَا تَأْوِيله تَنْزِيلهNash adalah sesuatu yang tidak mengandung kecuali satu makna, dan dikatakan sesuatu yang penjelasannya adalah pemakaiannyaوَهُوَ مُشْتَقّ من منصة الْعَرُوس وَهُوَ الْكُرْسِيّnash dikeluarkan dari kata minasshotil arus pelaminan pengantin yaitu kursiPenjelasannyaMujmal adalah dalil yang membutuhkan bayan penjelasan. Contoh ثَلَاثَةُ قُرُوْءٍ dimana lafadz ini mungkin diartikan suci dan haid, karena lafadz قُرْءٌ musytarak dimiliki bersama oleh makna haid dan adalah mengeluarkan sesuatu dari keadaan musykil menuju keadaan transparan atau jelas. Mubayyan dalil yang dijelaskan adalah secara bahasa adalah bercampur. Secara istilah, mujmal adalah ucapan atau perbuatan yang dalalah arah maknanya tidak jelas dan membutuhkan bayan penjelasan.Ketidak jelasan dalam mujmal dikarenakan dalalah atas beberapa makna yang terkandung setara, tanpa ada yang diunggulkan satu dengan yang lain. Contoh mujmal dalam ucapan seperti di atas, sedangkan contoh mujmal dalam perbuatan seperti hadits yang menjelaskan bahwa Nabi saw meninggalkan tasyahud dan berdiri melakukan rakaat ketiga. Ada kemungkinan Nabi meninggalkan dengan sengaja, sehingga hukum tasyahud hanya sunnah dan boleh ditinggalkan. Kemungkinan yang lain Nabi saw meninggalkan karena lupa, sehingga hukum tasyahud adalah bayan secara bahasa adalah penjelasan. Secara istilah, bayan adalah mengeluarkan sesuatu dari keadaan musykil menuju keadaan transparan atau dari bayan ada tiga macam;1. Mubayyan yang dijelaskan, yakni dalil mujmal di Mubayyan lahu, yakni mereka orang mukallaf yang terkena Mubayyin yang menjelaskan, ada beberapa macam;a. Berbentuk ucapan. Adakalanya dari Allah swt contoh QS. Al-Baqarah69;إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تَذْبَحُوا بَقَرَةً“Adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya”Sebagai bayan dari firman Allah swt QS. Al-Baqarahصَفْرَاءُ فَاقِعٌ لَوْنُهَا تَسُرُّ النَّاظِرِينَ“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina”b. Berbentuk perbuatan, contoh, sabda Nabi saw;صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِى أُصَلِّى“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku melakukan shalat”Sebagai bayan dari firman Allah swt QS. Al-An’am72أَقِيمُوا الصَّلَاةَ“Dirikanlah shalat”c. Berbentuk surat, contoh surat yang dikirim Nabi saw pada penduduk Yaman tentang penjelasan diyat nyawa dan anggota badan. Juga surat yang dikirimkan Nabi saw tentang penjelasan kadar Berbentuk isyarah, contoh isyarat Nabi saw dengan kesepuluh jarinya sebanyak tiga kali sebagai penjelasan tentang bilangan hari dalam satu bulan, yakni tiga puluh hari. Kemudian Beliau mengulangi isyaratnya tiga kali dan pada ketiga kalinya mengurangi satu jarinya, yang artinya bulan terkadang hanya dua puluh sembilan hari Nash adalah lafadz yang tidak memiliki kemungkinan makna, kecuali satu makna saja. Seperti lafadzزَيْدًا dalam contoh رَأَيْتُ زَيْدًا. Menurut pendapat lain, nash adalah lafadz yang penjelasan maknanya sesuai turunnya lafadz tersebut. Contoh “maka wajib berpuasa tiga hari”. Bahwasanya ayat ini, dengan hanya memandang apa yang turun, dapat dipahami nash diambil dari kata-kata “pelaminan pengantin”, atau kursi, dikarenakan statusnya yang tinggi dibanding dalil lain dari segi pemahaman maknanya tidak tergantung pada hal lain.Dan dalam hal ini—kelompok Islam radikal selalu patuh dan tunduk sepenuhnya kepada pimpinan mereka. Kenapa hal itu bisa terjadi? Pertama, tokoh Islam radikal cenderung memaknai ayat (Alquran) hanya melihat sisi tekstualnya saja. Padahal, dalam Alquran ada namanya ayat yang mujmal-mubayyan, 'am-khos, ada yang nasikh, ada yang mansukh.
Sedangkansyarat-syarat seorang mujtahid hendaklah memahami ilmu nahu, ilmu bahasa arab termasuk ilmu balaghah, perlu menguasai ilmu Rijal, Nasikh dan Mansukh, Mantuq dan Mafhum, Khas dan Am , Mubayyan dan Mujmal, Muqayyad dan Mutlaq, menguasai ilmu asbab nuzul dan lain-lain syarat yang perlu dipenuhi untuk layak digelar mujtahid. Read More
Seoranganak muda liberal pernah tanya saya, apa dalil wajib pakai tudung bagi perempuan? Saya jawab dalilnya surah an-nur ayat 31. Dia jawab, dalil tersebut tak kuat utk katakan wajib. Ada dalil lain yg kata tak wajib. Dan zaman berubah, hukum pun berubah. Sebab tak jelas tentang batas-batas aurat dalam al-Quran. Ulama' pun selisih pendapat
.